Popular posts

Blogroll

Wisata Belanja Sendangduwur

Rabu, 13 Mei 2015
Posted by Unknown

Wisata Belanja


Desa Sendangduwur juga ditetapkan sebagai desa wisata sejak 2012 khususnya Desa Wisata Belanja hasil kerajinan tangan warga, mulai dari batik, bordir, hingga emas dan perak. Di desa itu terdapat 450 perajin batik, 26 di antaranya pengusaha. Selain itu, 120 perajin emas dan perak serta 65 perajin bordir. Sebanyak 1.502 dari 1.739 warga adalah perajin.
Perajin batik, Rukhyatin, berharap dengan berkembangnya sektor wisata di Lamongan juga mendongkrak penghasilan perajin. ”Batik sendangduwur akan menjadi cendera mata khas dari Lamongan. Meski demikian, sejauh ini, dampak penetapan sebagai desa wisata belum begitu terasa bagi perkembangan omzet kami,” tuturnya.
Menurut Rukhyatin, keberadaan WBL dan Mazoola yang berhadapan, dipisahkan Jalan Daendels, dan adanya makam Sunan Drajat dan Sunan Sendangduwur yang masih satu kawasan di Kecamatan Paciran sangat menguntungkan. Produk-produk perajin bisa dibuatkan ruang pamer khusus di setiap tempat tujuan wisata itu.
Sektor wisata bukan saja menjadi sumber PAD Kabupaten Lamongan, tetapi juga akan berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan warga. Geliat pariwisata itu juga menumbuhkan ekonomi warga dan tetap menjadi andalan bagi Lamongan. Bahkan anak-anak sepulang sekolah, terutama yang putri, bisa membatik, untuk menambah uang saku. 

Wisata Batik Sendangduwur

Posted by Unknown

Wisata Batik




Remaja di Sendangduwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membatik sepulang sekolah. Mereka mendapatkan upah hingga Rp 200.000 per lembar batik jenis kain sutra. Batik tulis khas Lamongan di Sendangduwur dijual mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 1,2 juta per lembar.
WILAYAH Kabupaten Lamongan yang sebelumnya termasuk daerah tertinggal di Jawa Timur, sejak tahun 2000 terus menggeliat. Sektor wisata kini menjadi salah satu andalan yang mampu menyumbang pendapatan asli daerah hingga miliaran rupiah.
Perpaduan wisata alam, wisata ziarah, dan wisata pantai yang berada di seputaran Kecamatan Paciran mempermudah akses pengunjung menjangkau lokasi. Makam Sunan Drajat dan Sendangduwur serta Goa Maharani dan Wisata Bahari Lamongan, masing-masing menjadi daya tarik untuk mengundang wisatawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan Eko Priyono menyebutkan, jumlah wisatawan yang menikmati obyek wisata di Lamongan pada 2013 mencapai 1.550.933 orang, 344 orang di antaranya wisatawan asing. Jumlah wisatawan itu lebih banyak dibandingkan pada tahun 2012, sebanyak 1.534.704 orang. Tahun lalu, wisatawan asing yang datang mengunjungi Maharani Zoo and Goa Lamongan (Mazoola) sebanyak 138 orang dan yang mengunjungi Wisata Bahari Lamongan (WBL) sebanyak 206 orang.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, kata Eko, dilakukan serangkaian promosi dan pementasan seni budaya. Lamongan juga memiliki desa wisata di Sendangduwur, Kecamatan Paciran,
dengan keunikannya sebagai sentra batik, bordir,serta kerajinan perhiasan emas dan perak 
”Itu diharapkan menjadi daya tarik wisatawan untuk belanja suvenir khas Sendangduwur,” katanya.
Eko menyebutkan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lamongan, dari sektor wisata, pada 2013 sesuai target, yakni Rp 14,343 miliar. Kontribusi terbesar ditunjang pemasukan dari Mazoola serta WBL sebesar Rp 13,5 miliar atau meningkat dibanding pemasukan pada 2012 sebesar Rp 12,5 miliar.
Pada tahun lalu, ada 344 wisatawan asing yang mengunjungi Lamongan dari total 1.550.933 pengunjung. Wisatawan asing itu di antaranya 138 orang mengunjungi Mazoola, dan 206 orang mengunjungi WBL. Bahkan di antara pengunjung itu ada yang tertarik dengan batik khas Lamongan di Desa Sendangduwur.

Wisata Religi Sendangduwur

Posted by Unknown
Wisata Religi


Masjid Sendang Duwur terletak di Jalan R Nur Rahmat Sunan Sendang, Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciaran Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Masjid berbatasan dengan rumah penduduk di sebelah timur, di sebelah barat dan utara berbatasan dengan kompleks makam kuno dan di sebelah selatan dengan pemakaman umum. Deskripsi Bangunan Ruang utama masjid berukuran 16 x 16 m, yang dibatasi oleh empat dinding dari tembok. Ruang utama memiliki 17 buah tiang yaitu sebuah tiang ditengah-tengah, dan empat tiang masing-masing di utara, timur, selatan dan barat. Di dalam ruang utama terdapat mihrab, mimbar dan maksurah. Mihrab terletak di dinding barat diapit dua pasang pilaster yang masing-masing sisinya dihiasi dengan tegel keramik. Mimbar memiliki tiga anak tangga. Tubuh mimbar didukung empat buah pilaster yang pada bagian sudut-sudutnya ditempeli tegel keramik. Atap mimbar berbentuk rata yang ditempeli tegel keramik. Bagian puncaknya terdapat kubah. Serambi masjid terdapat pada keempat sisi ruang utama, yaitu: serambi timur, utara, barat, dan selatan. Pada keempat serambi terdapat 28 tiang berbentuk bulat. Di dalam serambi timur terdapat satu buah bedug yang disanggah oleh rangka kayu. Pada serambi terdapat candrasengkala pada sebuah papan kayu yang berbunyi gurhaning sarira tirta hayu (1483 S = 1561 M). Di dalam sebelah utara masjid Sendang Duwur terdapat makam-makam dan gapura. Gapura seluruhnya ada lima buah yaitu empat gapura bentar dan sebuah gapura paduraksa yang menarik berbentuk sayap yang sedang mengembang. Selain itu pada bagian atas gapura ini terdapat relief gunongan, kepala kala yang bentuknya disamarkan, tumbuh-tumbuhan serta motif sulur-suluran. Sejarah Sunan Sendang Duwur (1320-1585), adalah satu lagi tokoh penting yang ikut berperan dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama asli dari Sunan ini adalah adalah Raden Noer Rahman. Ia adalah putra Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. Gelar Sunan Sendang Duwur didapat dari pemberian Sunan Drajad. Masjid Sendang Duwur merupakan peninggalan Islam yang banyak mendapat pengaruh kebudayaan Hindu akhir, hal ini tampak pada pola hias gunongan dan kala. Masjid diperkirakan didirikan pada abad 16 berdasarkan candrasengkala yang berbunyi: gurhaning sarira tirta hayu (1483 S = 1561 M). Pendirinya adalah Sunan Sendang atau Sunan Rahmat. Beliau adalah salah seorang penyebar agama Islam di Jawa Timur. Bangunan makam Sunan Sendang Duwur terletak di atas bukit Amitunon di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan. Makam ini merupakan bangunan berarsitektur tinggi menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Di bangunan ini terdapat gapura di bagian luar berbentuk mirip tugu Bentar di Bali dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa. Sedangkan di dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah. Kini Masjid Sendang Duwur ini menjadi masjid tertua di Lamongan. Bahkan Masjid Sendang Duwur termasuk tiga masjid di Jawa Timur peninggalan wali yang masih terawat dengan baik, selain Masjid Sunan Ampel dan Masjid Sunan Giri. Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat.

Tempat Sejarah Desa Sendangduwur Paciran

Posted by Unknown
Makam Sunan Sendangduwur

Di Kabupaten Lamongan, selama ini orang hanya mengenal makam Sunan Drajat. karena makam yang terletak di pantai utara, tepatnya di Desa Drajat, Kecamatan Paciran itu, termasuk Wali Songo, Yakni tokoh-tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang terkenal dengan sebutan waliyullah. Sebenarnya dalam hal penyebaran agama Islam khususnya di Lamongan, selain Sunan Drajat masih ada seorang tokoh lagi yang tak kalah perannya dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam. Yakni Sunan Sendang Seperti halnya Sunan Drajat. banyak peninggalan sejarah yang tersisa dan kini masih dapat dikenang untuk menjejaki napak tilas perjuangan-perjuangan beliau semasa hidupnya. Yang paling terkenal adalah situs makam dan bangunan masjid. Peninggalan-peninggalan bersejarah berkaitan perjuangan Sunan. juga banyak ditemukan disana. Kurang-lebih sejarak 5 kilometer dari makam Sunan Drajat ke arah barat-selatan. Tepatnya di Desa Sendangduwur, masih wilayah Kecamatan Paciran. Letak makarnnya merupakan dataran tertinggi di Lamongan, untuk menuju lokasi makam sangat mudah, karena sarana jalan dan transportasi yang baik.

Sejarah Sunan Sendang duwur Paciran

Posted by Unknown

Sejarah Sunan Sendang duwur Paciran




Sejarah Sunan Sendangduwur Paciran Kisah perjuangan para wali dalam menyiarkan agama Islam di Indonesia, memang berbeda beda cara. Di Lamongan jawa timur, Sunan Sendangduwur, memiliki kelebihan mampu memboyong sebuah masjid dari jepara jawa tengah menuju Lamongan, untuk siar Islam. Hingga saat ini masjid tersebut masih kokoh bertahan, 
satu komplek dengan makamnya yang berasitektur perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu.
Sunan Sendangduwur bernama asli Raden Noer Rahmat merupakan putra Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad Irak. Raden Noer Rahmad lahir pada tahun 1320 Masehi dan wafat pada tahun 1585 Masehi. Bukti wafatnya sang Sunan, dapat dilihat pada prasasti berupa pahatan yang terdapat di dinding makam beliau. Sunan Sendang Duwur adalah tokoh kharismatik yang pengaruhnya dapat disejajarkan dengan wali songo pada saat menyiarkan agama Islam di Indonesia.

Bangunan makam Sunan Sendangduwur terletak di atas bukit Amitunon Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran Lamongan, berarsitektur tinggi menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Bangunan gapura bagian luar berbentuk mirip tugu Bentar di Bali dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa. Sedangkan dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah. Bangunan seperti ini dikenal sejak zaman majapahit.

Hubungan antara Sunan Drajad dengan Sunan Sendangduwur sangatlah erat dalam menyiarkan agama Islam. Bahkan, Sunan drajat merasa kagum kepada Sunan Sendangduwur yang memiliki kemampuan ilmu agama yang tinggi. Hanya sedikit masyrakat yang tahu mengenai Sunan Sendangduwur. Padahal, penyebaran Islam di pulau Jawa tak dapat dipisahkan dari sejarah Sunan Sendangduwur.

Bukti peninggalan Sunan Sendangduwur yaitu masjid kuno yang lokasinya berdekatan dengan makamnya. Konon, Sunan Sendangduwur memboyong masjid tersebut dalam waktu semalam, dari mantingan Jepara Jawa Tengah menuju Lamongan atas petunjuk Sunan Drajat dan Sunan Kali Jogo. Masjid tersebut awal mulanya milik Mbok Rondo Mantingan, atau Ratu Kalinyamat yang diberikan kepada Sunan Sendangduwur di saat masa mudanya. “Proses pemindahan masjid yang hanya membutuhkan waktu semalam itu, menjadi salah satu kelebihan kanjeng Sunan Sedangduwur”, ujar Haji Masrur Hasan, Juru Kunci Makam.

Tak hanya masjid, peninggalan kanjeng Sunan Sendangduwur yang masih ada yaitu mimbar, bedug dan empat gentong berukuran besar yang di dapat dari kerajaan Majapahit.
Bangunan masjid ini telah direnovasi. Terdapat tiga pintu masuk untuk bagian depan. Di setiap pintu masuk bertuliskan angka tahun. Pintu sebelah kanan misalnya bertuliskan angka 1421 Saka, pintu tengah 1339 Hijriyah bertulisan arab, dan pintu sebelah kiri bertuliskan angka 1920 Masehi saat masjid ini direnovasi.

Dari masjid yang telah berusia 477 tahun inilah, Sunan Sendang Duwur pernah melakukan syiar agama Islam. Salah satu ajarannya yang terkenal adalah himbauan pada seseorang agar berjalan di jalan yang benar dan kalau sudah mendapat kenikmatan, jangan lupa sedekah.

Di kompleks yang sama, terdapat pula makam makam para santri Sunan Sendang Duwur, yang hingga kini di keramatkan masyarakat sekitar.

Arus peziarah ke makam Sunan Sendangduwur memang sepi. Namun, puncak keramaian pengunjung untuk berziarah berada pada sebelum dan sesudah ramadhan nantinya. Walaupun komplek makam terletak di dataran tinggi, yakni sekitar 70 meter di atas permukaan laut, tetapi lokasinya bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai memudahkan para pengunjung yang ingin berwisata ziarah.

Dengan bangunan gapura bagian luar yang berbentuk tugu bentar dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa
yang menggambarkan sayap burung garuda. Sementara dinding-dinding cungkup makam dihiasi dengan ukiran kayu jati bernilai seni tinggi dan di kedua sisi dinding makam dihiasi dua buah batu hitam berbentuk kepala naga" jelasnya.

Selain itu, menurut R.M Saifulloh, di Desa Sendang Duwur sendiri selain makam sunan Sendang Duwur, juga ada masjid peninggalan Sunan Sendang Duwur yang dituturkan sebagai pemberian Nyai Rondo Mantingan Jepara atau Ratu Kalinyamat, putri dari Sultan Trenggono.

"Di komplek yang sama juga terdapat sumur giling dengan diameter lubang 170x170 cm dengan kedalaman 35 meter," paparnya.

Desa Sendangduwur sangat tepat dijadikan sebagaii desa tujuan wisata alternatif, pasalnya letak desa ini tidak jauh dari Makam Sunan Drajat, Maharani Zoo and Gua Lamongan serta WBL yang merupakan daerah tujuan wisata andalan Lamongan.

Saat ini, lanjut Saiful, Pemerintah kabupaten Lamongan sedang mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk pembangunan kios suvenir, pelatihan pemandu wisata dan pembinaan seni dan kebudayaan setempat.

"Untuk pembinaan pada pengrajin pada home industry batik, bordir, perhiasan, selama ini sudah rutin dilaksanakan Dinas Koperasi dan Industri Lamongan," akunya.

Nah, bagi Anda yang akhir pekan ini atau pada hari libur mendatang ingin mengunjungi lokasi wisata alternatif ini, silahkan saja datang. Lokasi Desa Sendangduwur tidak jauh dari Jalan Daendels yang melintas di wilayah Lamongan.